Sabtu, 21 Juli 2018

"CATEGORY CATATAN PENDAKI PUNCAK CHARTENZ"




Belajar hidup di alam liar, tentu harus pula mempelajari bagaimana cara alam itu bekerja. Jika hendak bermain di lingkungannya, maka mengerti dan memahami segala antisipasi untuk setiap kondisi menjadi sebuah kewajiban. Ya, survival, atau teknik bertahan hidup di alam bebas dalam kondisi darurat atau di keadaan yang tidak diinginkan menjadi salah satu materi yang wajib dikuasai oleh seluruh calon penjelajah Chartenz, puncak tertinggi kedua di Daerah Kabupaten Puncak Papua, Provinsi Papua.

Pada kesempatan pendidikan dan latihan pertama ini kami diajak untuk menjelajah tanah Ciwidey, Kabupaten Bandung, pada 17 - 20 Februari 2017 lalu.

Dalam melakukan sebuah perjalanan (ekspedisi) diperlukan persiapan yang matang, atau lebih dari matang, supaya siap menghadapi situasi terburuk di “medan petualangan”. Apalagi yang dituju adalah tempat yang belum pernah atau jarang didatangi oleh seseorang.

Pada kisah kali ini saya akan bercerita pengalaman latihan  yang saya yakin akan banyak manfaat yang dipetik sebagai bekal untuk pendakian ke Puncak Chartenz.

Latihan yang sudah menjadi rangkaian program ini dilaksanakan pada tanggal 17-20 Februari 2017 yang bertempat di Ciwidey, Gunung yang akan dituju adalah Gunung Tambakruyung. Tidak banyak orang tahu tentang gunung yang terletak berdekatan dengan kawasan wisata Kawah Putih Ciwidey ini.

Saya baru pertamakali mendengarnya dari teman - teman Pendaki . Dengan ketinggian “hanya” 1994 mdpl (meter di atas permukaan laut), namun di sini saya juga mendapat pelajaran bahwa ketinggian gunung tidaklah menginterpretasikan tingkat kesulitan mendakinya, beratnya track ditambah dengan rimbunnya vegetasi yang beragam menjadi tantangan tersendiri untuk melakukan pergerakan menggapai titik puncak Tambakruyung.

Puisi - puisi tentang sahabat berulang - ulang kami teriakkan dalam perjalanan summit attack Puncak Tambakruyung dengan ketinggian 1994 mdpl. Sudah belasan antologi puisi yang terlontar diiringi tawa kecut dalam curam dan rapatnya lereng barat gunung yang tidak terlalu tinggi ini. “Semeru hanya sepertiganya dari ini”, itu komentar rekan - rekan yang pernah menaiki puncak Mahameru.

Langit yang masih mengantuk tersiram warna merah hampir jingga. . .
Matahari yang memaksa bangun kami semua. Memaksa embun untuk jatuh kepelukan tanah yang menyibakkan kabut berbau basah. . . 
Dengan segera ayam mengisyaratkan purnama untuk segera pindah dari singgah sananya. . .

Haloo Genk. . . . . .
Teriakan - teriakan itu yang terus berdengung selama 4 hari 3 malam di Kawasan Konservasi Masigit Kareumbi dalam seleksi tahap akhir relawan pendaki.

DATA SOURCE : https://festivalpuncakpapua.org/category/catatan
AUTHOR : (Bob Helokpere) Bandung, 17 - 20 Februari 2017
EDITOR : (Kevin Helokpere) City Surabaya, 22 July 2018 - 04:37 WIB
CONTAC PERSON : (082131458533)
E-MAIL ADDRESS : freewestpapua23@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us Instagram @farid_hasbullah