Sumber Photo: (Mr. Yopi Kilangin)
"MENGENANG JEJAK BAPAK MOSES KILANGIN (URU ME KI)
PERINTIS BUMI AMUNGSA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA"
PERINTIS BUMI AMUNGSA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA"
Sebenarnya Buku Moses Kilangin ini adalah Biografinya
sendiri yang dituliskan oleh Moses sendiri yang kemudian di edit oleh Yopi
Kilangin anaknya dan tim editor adanya buku ini. Dengan bantuan
beberapa pihak di keluarganya sendiri. Sehingga buku ini diterbitkan pada tahun
2009. Berikut ini adalah kisah seorang moses kilangin yang di review kembali
sebab dilupakan toko Papua yang berasal dari Suku Amungme ini.
Moses Kilangin disebut dengan Uru Me Ki,
Juru Damai, Perintis bagi orang Gunung, Sejarahwan, serta Pembawa Cahaya.
Mengapa Moses kilangin disebut demikian? Tentunya Moses merupakan sejarah hidup
yang di kagumi banyak orang khususnya Wilayah Pengunungan dan Papua
selatan.
Moses Kilangin adalah seorang yang berjasa ketika masa-masa
perintisan di belahan Papua Selatan dan sekitar Pegunungan Cartenz yakni,
diantara suku Amungme, Dani, Damal, Mee, Moni, dan pantai pesisir selatan Papua
yakni Kamoro dan Sempan. Dari suku-suku diatas ini, Moses Kilangin mengukir
sejarahnya. Dan melalui perintisan ini pembaca akan menemukan sosok seorang
bapak Moses Kilangin dengan karya-karya yang baik.
Moses Kilangin adalah pewarta kampung yang mampu
menerjemahkan konsep teori teologi dan katakese dalam bentuk dan cara budaya
Papua. Kemudian dia adalah pintu Emas bagi negara Amerika dengan
membukan masuknya PT Freeport serta dia berperan dalam Penentuan Pendapat
Rakyat Papua pada masa perahlihan 1969. Dengan hasil karya Moses Kilangin kita
bisa menempati di Kabupaten Timika, Paniai, Kabupaten Puncak (Ilaga dan Beoga)
dan Wamena.
Moses Kilangin dilahirkan di Kampung Unganarki Diola
pada tahun 1925, didalam Honai perempuan. Nama asli atau nama tanah adalah
Kalmalanki yang kemudian dibaptis dengan nama Moses Kilangin. Dia seorang anak
tunggal sebab dia sendiri yang hidup. Ketika itu, Moses merupakan 3 saudara
namun semuanya meninggal setelah 2 dan 1 hari setelah mereka dilahirkan,
kematian anak bayi mereka percaya bahwa akibatnya dari “Roh Jahat”.
Sejak Moses umur 7 tahun kedua orang tuanya meninggal
dan dia diasuh oleh Kakeknya Ninangki. Dia sangat aktif dalam
kegiatan di lingkungan Bugutenet. Dan di bersama beberapa
petua di Kampung itu melakukan perjalanan hingga Moses Kilangin ketinggalan
dalam perjalanannya sehingga dia ditemukan oleh seorang yang enggap mencari
Udang yakni Mufai. Dia di serahkan ke Cornelis
Lefteuw. Hilangnya Moses, masyarakat Bugutenet tidak tahu dan
percaya bahwa hilang dan meniggal di Kaperapoka. Dan
Moses di sekolahkan Oleh Conelis Lefteuw.
Dan pada tahun 1943 situasi Perang Dunia Ke-II ikut
melanda daerah Mimika. Ketika itu warga sekitar dilatih oleh Tentara
Nipon (Jepang). Dan sejak itu tentara Nipon mengajak
seluruh masyarakat untuk melatih berbagai pelatihan, biak dari fisik maupun non-fisik. Tentara
Nipon bertujuan untuk menyerang adanya kekuasaan Belanda di Papua pada
khususnya.
Hanya karena Tentara nipon belum tahu pengunungan maka
Moses dipanggil untuk menunjuk jalan menuju Pegunungan
Papua. Adapula tentara Nipon menawarkan dengan Berkata demikian. Kalau
Moses bantu Nipon ke Gunung, Nipon Kasih Rumah Bagus, Uang Banyak, dan Nona
Bagus kepada Moses? Namun hal ini tolak oleh Moses dengan alasan
bahwa “ Moses tidak tahu sebab ia keluar sejak kecil dari kampung dan dia
hilang ketika ia ikut petua saat itu mereka melakukan kunjungan ke Koperapoka”.
Tetapi karena moses tidak mengenal Kampungnya dia dikeluarkan oleh tentara
Nipon.
Sejak tentara nipon meniggalkan Mimika pada
tahun 1945. Dan sejak itulah Moses mulai aktif sekolah di Sekolah Rakyat. Pada
masa itu dia adalah orang pertama Amungme yang mengenyam pendidikan Formal dan
mendapat gelar Diploma guru pada 25 Juli 1953.
Atas kerja sama dengan beberapa pater di pegunungan
tengah Papua, serta atas undangan Pater Misael Kamerer Moses harus
mengabdi di Paniai. Sementara dia mengajar, Ia bersama pater Misael
Kammerer mengunjungi berbagai tempat di Pengunungan tengah
Papua. Khususnya di Bugalaga dan wilayah suku Amungme di
sana. Rencana mereka berkunjung untuk mengumpulkan anak-anak
muda selagi usia muda untuk mendapatkan pendidikan yang selayaknya
untuk menyekolahkan di Kokonao. Mereka mengumpulkan 5 anak dan terus berjalan
ke Kokonau dari Paniai. Mereka tinggal seminggu di Kokonau untuk menyekolahkan
5 anak Amunggme itu di sekolah Rakyat Katolik di Kokonao.
Tidak lama di Kokonao Pater Misael Kammerer dan Moses
bersama kokinya mereka kembali lagi ke Paniai. Selama perjalanan
mereka melaksanakan pekabaran Injil atau misa Ibadah di setiap kampung.
Perjaanan pekabaran injil hingga di Ilaga dan wamena. Dan pada akhirnya 11
April 1954 tiba kembali di Enarotali, Paniai. Pada pertengahan itu juga Moses
sekolahkan Otto Onawame yang meninggal beberapa tahun lalu di
Vanuatu. Dengan begitu tegas atas pekerjaannya sehingga Moses
Kilangin sering disebut dengan nama Uru Me Ki, yang berarti “Guru Besar”.
Moses Kilangin sebagai orang pertama diploma Guru,
maka dia hendak merasa tidak ingin untuk mengajar di Enarotali dan muncul
pemikiran bahwa di kampung sayapun juga masih terbelakang, sehingga dia
komunikasi dengan Pater Kammerer dengan bunyi demikian “Saya merasa
kasihan kepada orang-orangku suku amunggme. Karena itu saya mohon kiranya satus
saya sebagai guru subsidi ditarik kembali dan saya ingin pulang ke kampung di
tengah masyarakat Amungme”. Mendegar Moses di Izinkan untuk balik membangun
daerah.
Dengan kemauan dan keinginan Moses Kilangin, ia
membangun beberapa pondok kecil di seluruh kampung di Amungme untuk mengayomi
masyarakat dan mewartakan Injil, dia sebagai Katakese.
Moses Kilangin pada awal 1950 sampai akhir 50-an ia
mengelilingi pelosok-pelosok kecil di Amungme bersama anak buahnya atau
Kokinya. Dalam rangka tugas mengujungi warga. Di setiap kampung
selalu saja terjadi perang antar marga dan antar kampung. Perang terjadi akibat
kecemburuan sosial dan masalah perempuan. Dalam peperangan itu
puluhan hingga ratusan orang korban. Disetiap kampung yang sedang terjadi
perang Moses meminta agar perang dihentikan dengan cara : mengumpulkan pihak
yang bertikai, memberikan pemahaman, mengumpulkan alat perang serta mewartakan
Injil dan kebenaran. Sehingga masyarakat Amunggme lebih tren
memanggil Moses dengan sebutan Juru Damai.
Ketika pada 5 April 1967 pemerintah Indonesia yang
diwakili oleh Menteri Pertambangan, Slamet Brantanata dan perwakilan PT.
Freeport menandatangi Kontrak karya untuk 30 Tahun. Namun
sebelum kontrak karya itu berakhir diperpanjang lagi kontrak kedua
untuk 20 tahun lagi (1997-2017). Sementara setelah adanya
Perjanjiang itu, menyiapkan alat berat untuk eksplorasi, namun dengan itu warga
Amungme yang tingaal di Waa dan Banti sangat marah karena mereka menyakini
bahwa gunung Grasberg itu disebut dengan Nemangkawi diyakini bahwa
tempat keramat dan jarang mereka Nemangkawi.
Ketika aktifitas PT Freeport mulai merunkan alat
berat. Namun ada pula masyarakat adat di Banti dan Waa memalang kegiatan
Freeport itu, tetapi orang yang terkenal saat itu hanya Moses Kilangin. Forbes
Wilson mengeluarkan surat untuk mencari Moses. Moses sejak itu berada di
Kokenao sehingga Wilson menawarkan untuk bersama-sama ke Gresberg dengan tujuan
berdialog dengan masyarakat Banti dan Waa. Moses pun ikut untuk ke Gresberg,
Perlawanan dan pemalangan masih oleh masyarakat adat. ketika hingga di
Nemangkawi meraka dihadang, namun mereka lihat Moses Kilangin sehingga mereka
menurunkan panah dan berkata “Selamat Datang “Uru Me Ki” artinya bahwa guru
besar”. Dengan kata-kata enak Moses membujuk mereka dan sebagian besar setuju
untuk mengambil dan sebagian besar marah terhadap Moses Kilangin karena dialah
yang membongkar Gunung Nemangkawi itu.
Pada tahun 1968 menjelang adanya Penentuan Pendapat
Rakyat atau PEPERA 1968. Saat itu Moses Kilangin berada di Agimuga
. Moses Kilangin bersama dengan Philipus Kalanangame di
Tunjuk masyarakat untuk ikut PEPERA di Fakfak.
Hingga di Fakfak mereka di intimidasi oleh Tentara
Indonesia untuk ikut memilih Indonesia, mereka ditodong senjata sambil berkat
“Apabila kamu memilih Indonesia kamu akan kami bunuh”. Entah
bagaimana dalam kekejaman militer itu Moses dan Teman-temannya harus
memilih masih tetap bergabung dengan Indonesia. Dan mereka fasilitasi untuk
balik ke Agimuka.
Hingga di Agimuga Masyarakat curiga bahwa Moses
Kilangin dan bersama teman-temannya menghina masyarakat Amungme dan secara umum
Papua. Sehingga ada dendaman dari masyarakat karena mereka percaya bahwa Moses
pasti memilih Indonesia. Bukan hanya itu Masyarakat masih dendam juga dengan
Moses sebagai Fasilitator PT Freeport. Moses bersama keluargaanya dikucilkan
hingga mereka harus pindah ke Kaimana. Kaimana 2 tahun dan pada Tahun 1976 dia
dipindahkan daerah yang kini disebut Mimika timur. selama tahun 1976 keatas
masyarakat Amungme sangat marah dengan Moses hanya karena PT Freeport dengan
PEPERA 1969. Dan keluarganya keluarganya menetap di Timika Indah.
Isi buku ini sangat menarik untuk di makan, sebab
sosok seorang Moses Kilangin bisa menuliskan berbagai cerita dari Ia lahir
hingga meninggal. Dia salah satu yang sangat terinspirasi adalah dia sangat
mudah untuk menyesuaikan dengan berbeda bahasa, ketika ia berada di kawasan
Dani dia mengunakan bahasa Dani, dan Mee, Moni, Kamoro, Sampan dan lainya. Dia
patut perintis karena sosok Moses Kilangin adalah sejarahwan yang mana Ia
membuka Sekolah, Gereja, dari selatan hingga Pegununga Papua. Selain itu dia
juga menyekolahkan beberapa siswa seperti Otto Onawame dan lainya.
Uru Me Ki adalah sebutan Moses Kilangin dengan arti
Guru Besar. Dia menjadi Guru pertama di antara suku Amungme dan pengabdiannya
sangat baik mulai dari Paniai (Enaro dan Epouto) dan Ilaga Beonga, Mimika Timur,
Kokenao, Kaimana, Agimuga dan Kampung kampung kecil di kawasan Suku Amungme.
Itulah yang membuat orang terinspirasi dari sosok Moses Kilangin.
Karya sebagai perintis ini membuat beberapa pihak,
termasuk Presiden Soeharto, Paus Santu Yohanis Paulus II, dan beberapa Pastor
di Irian Jaya memberi penghargaan sebagai mengenang karya-karyanya yang Ia
lalui.
Hanya dalam buku ini, pembaca akan mengeluh hanya
mengapa Moses Kilangin berpartisipasi dalam Ekspedisi PT Freeport dan PEPERA
1969. Mungkin ada perasaan ini muncul ketika melihat keadaan Papua saat ini,
karena hingga kini masyarakat Amungme dan pada seluruhnya Papua kini menghadapi
masalah yang besar hanya dampaknya dari PT Freeport dan PEPERA 1969.
Harapanya dari buku ini, agar meniru perjuangan Moses
Kilangin tetapi, sesuaikan dengan keadaan daerah itu sendiri masing-masing.
Oleh karena itu, buku ini sangat baik untuk kita Papua karena banyak daerah
yang hingga kini belum bangun yang kita harus bangun sesuai dengan kisah Moses
Kilangin ini. Untuk menempuh satu tujuan, banyak cara yang kita ciptakan sesuai
dengan keadaan daerah itu sendiri sesuai dengan perjuangan URU ME KI atau Moses
Kilngin agar kita tidak tertinggal dengan kemajuan.
Sumber Data :
Penulis :
(Mr. Moses Kilangin)
Editor :
(Herdi ALom - Putra LAWABETI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar